Jumat, 26 Januari 2018

[PESTA DEMOKRASI ]

sempat melintas di benak penulis tentang apa yang sering kita dengar dengan sebutan PESTA DEMOKRASI. yah, begitulah kira-kira kawan. disitu terdapat dua kata, yakni PESTA dan DEMOKRASI. lantas apa sih arti sebenarnya dari 2 kata ini...??? hhmmbt, Pesta sendiri memiliki arti sebuah acara sosial yang dimaksudkan terutama sebagai perayaan dan rekreasi (wikipedia). pesta ini pun sering digunakan pada acara-acara pribadi maupun keluarga. itu pengertian dari pesta sendiri. lantas apa pengertian dari demokrasi ??? Demokrasi menurut Abraham Lincoln adalah pemerintahan yang diselenggarakan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. sejenak memutar otak memang jika menggabungkan dua kata diatas menjadi kata "pesta demokrasi" yang jika disimpulkan memiliki arti merayakan sistem pemerintahan yang diselenggarakan dari, oleh, dan, untuk rakyat. kira2 begitulah pemahaman ngawur dari penulis. beralih mari kita melihat realita tentang kata "pesta demokrasi". yaps, sering kita dengar di media-media yang tersedia "masyarakat merayakan pesta demokrasi 5 tahun sekali ini dengan mengadakan konvoi untuk mendukung calon pilihan mereka masing-masing". contoh lain "Pesta demokrasi ini sangat berarti bagi masa depan bangsa Indonesia." lah...?? bukankah seharusnya sebuah "pesta" adalah hasil akhir dari sebuah usaha yang diwujudkan menjadi sebuah euforia dan lain sebagainya. namun, jika pesta demokrasi menjadi penentu masa depan bangsa, berarti demokrasi di negeri ini belum tercapai dong ??? lalu, siapa yang merayakan pesta demokrasi ini ? dimana Abraham Lincoln mengatakan bahwa demokrasi "dari, oleh, dan untuk rakyat". lagi-lagi kita melihat saudara seiman kita dalam satu wadah bangsa Indonesia, apakah mereka "benar-benar" merasakan yang namanya pesta demokrasi..??? pada kenyataannya mereka tidak merasakan sebuah pesta sama sekali. mereka hanya menjadi sebuah objek dari pesta tersebut. mengapa begitu ?? coba kita lihat di lapangan, mereka sering menjadi santapan renyah para penguasa negeri ini, mereka terkena jurus jaran goyang dari para penguasa negeri ini alias janji-janji suci mereka. dengan manis janji-janji itu mereka ucapkan bagaikan gula yang dikerubungi semut. tanpa berpikir panjang mereka langsung percaya akan hal itu. dan tidak hanya itu sering juga terjadi praktek "black campaign" ataupun "mahar politik" yang sering didengung-dengungkan di tahun politik ini. praktek ini sungguh sangat membikin malu martabat bangsa ini. bagaimana mungkin sebuah mandat, sebuah amanah besar dijadikan sebuah mahar ?? dipikir mau nikahan kale..?? huhuhuhu..... setelah si pemenang duduk di kursi goyang yang empuk, dengan ac yang dingin, mereka seakan lupa dengan janji-janji suci yang mereka ucapkan ketika obral kampanye. disinilah terlihat bahwa rakyat yang seharusnya menjadi tonggak utama dalam sebuah sistem demokrasi malah hanya menjadi objek belaka oleh si penguasa. akibatnya apa ?? kemiskinan merajalela, korupsi merata dari atas hingga bawah, koperasi ditendang oleh korporasi, kekayaan ibu pertiwi tak bisa dinikmati oleh putera-puteri bangsa, malah dinikmati oleh para penjajah kapitalis. egosentris mengakibatkan rusaknya harkat dan martabat negeri ini. hingga muncul lirik lagu nasional yang selewengkan "indonesia sejak dulu kalah, selalu dihina-hina bangsa" melihat fenomena tersebut, mari kita ciptakan sebuah peradaban yang "madani" dengan cara apa ? yang pertama adalah menghilangkan kenakalan. dengan terus intropeksi diri serta terus belajar memaknai hidup. terus memperbaiki perilaku kita dari hal yang terkecil hingga terbesar. yang kedua menghilangkan kebodohan, Dengan terus belajar dengan giat diatas bangku maupun diluar bangku, terus belajar untuk menggapai cita-cita yang setinggi-tingginya. mungkin itu lah sedikit celotehan gak jelas dari penulis yang nganggur ini. semoga bermanfaat bagi kita semua. sekian dan terima kasih.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kha_fidz

dana kelurahan dalam rasionalisme

PENDAHULUAN 1.       Latar Belakang Munculnya otonomi           daerah menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma dari sistem pemer...